SEMARANG- Ini kabar langka dari seorang Calon Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin). Mantan Wagub yang kini maju lagi itu, selama menjabat 2018-2023, dikabarkan tidak menggunakan anggaran rumah tangga wagub untuk makan sehari-hari.
Menurut informasi, Gus Yasin dan keluarganya, makan menggunakan uang pribadi. Padahal seorang wagub ada anggaran rumah tangga (dapur) dari APBD.
Entah mengapa, putra Kyai Kharismatik Mbah Maimoen Zubaer dari Rembang itu tidak mau menggunakan uang jatah rumah tangga. Padahal itu sah dan memang disediakan oleh APBD. Ketika ditanyakan langsung kepada yang bersangkutan, suami Ning Nawal itu hanya melempar senyum.
“Berarti jenengan orang baru di sekitar saya,” katanya pendek.
Namun dari informasi orang-orang dekatnya, sikap “nyeleneh” itu memang sudah berlangsung lama. Ya sejak Gus Yasin menjabat wakil gubernur itu. Namun dari informasi orang dalam, katanya, itu dilakukan karena Gus Yasin berpegang kuat pesan orang tuanya, Mbah Maimoen Zubair.
“Dulu dipesan Mbah Moen, kalau nanti masuk pemerintahan, khusus untuk makan anak dan isterinya (anak-isteri Gus Yasin), jangan pakai uang lain. Tapi pakai uang sendiri dari pondok pesantren saja. Jangan membebani negara,”pesan Mbah Moen, seperti disampaikan orang dekatnya ini.
Dari situlah, untuk kebutuhan makan selama di Rumah Dinas Wagub, Gus Yasin menggunakan uang sendiri. Dikirim dari pondok setiap bulannya. Tetapi kalau untuk kebutuhan operasional, Gus Yasin masih menggunakan anggaran negara yang disediakan.
“Memang kalau khusus untuk makan anak dan isteri, orang pondok itu sangat hati-hati. Kalau bisa dari jerih payah sendiri,” imbuhnya.
Asal tahu, Gus Yasin adalah putra mendiang Mbah Maimoen Zubaer, Pengasuh pondok pesantren besar Al Anwar Sarang Rembang. Hingga sekarang santrinya 30 ribu lebih. Alumninya tersebar dimana-mana.
Di lingkungan pondok Sarang sendiri, Gus Yasin ternyata memang punya banyak usaha. Mulai dari sekolah SMK, toko kelontong, toko khusus anak, air, peternakan sapi, angkutan, hingga kuliner semacam martabak. Wajar jika kebutuhan dapur selama menjabat dipasok dari usaha internal di pondok pesantren.
“Jadi selain menjabat wagub, beliau itu juga pengusaha. Banyak usahanya di pondok yang sudah berjalan lama sekali,” tambah orang dekat yang tidak mau disebut namanya ini.
Yang aneh lagi, Gus Yasin juga pernah menyumbangkan gajinya sebagai Wagub untuk diberikan masyarakat. Pernah menyumbang ternak kambing, ayam, ikan, dan lainya di Jateng. Tiap bulan gaji Wagub sekitar Rp 8 juta dibagi kepada masyarakat untuk usaha produktif. Supaya warga bisa bangkit ekonominya.
Menurut kabar, selama menjabat, saudara-saudara Gus Yasin dari Rembang juga jarang menginap di rumah dinas. Kalau datang silaturahim juga langsung pulang berapa pun jamnya. Alasanya juga sama, merasa tidak berhak menggunakan fasilitas negara.
Kisah Gus Yasin ini luar biasa. Mengingatkan kepada kholifah (gubernur) Umar Bin Abdul Aziz. Dia pernah mematikan lampu istana ketika anak atau temanya datang suatu malam untuk urusan pribadi.
“Ini lampu pakai minyak negara, kalau bicara urusan pribadi lampu harus kita matikan, tidak berhak kita gunakan. Tetapi kalau bicara urusan negara, ayo lampu kita hidupkan lagi,”demikian Umar Bin Abdul Aziz, memberi contoh kejujuran yang luar biasa.***